Incremental Process Model
Incremental process model adalah model pengembangan sistem pada software engineering berdasarkan requirement software yang dipecah menjadi beberapa fungsi atau bagian sehingga model pengembangannya secara increment atau bertahap. Incremental model termasuk kategori evolutionary software process models karena bersifat itterative/mengandung perulangan. Hasil proses berupa produk yang makin lama makin lengkap atau bertambah baik sampai versi terlengkap dihasilkan sebagai produk akhir dari proses yang telah dilakukan.
Proses model ini mengkombinasikan antara elemen- elemen aliran proses linier dan paralel serta mengadopsi model prototipe. Proses model ini juga merupakan perbaikan dari model waterfall dan sebagai standar pendekatan top-down. Dengan kata lain, increment process model ini bisa juga disebut model linier waterfall yang berulang.
Pada waterfall model, jika terjadi kesalahan maka harus menunggu sampai selesai satu siklus terlebih dahulu baru bisa memperbaiki kesalahan tersebut. Namun beda halnya dengan incremental process model ini karena adanya kombinasi aliran proses paralel maka jika terjadi kesalahan di tengah – tengah siklus pembangun/pengembang software dapat langsung memperbaikinya pada inkremen selanjutnya. Perbedaan lainnya dari incremental dan waterfall bisa dilihat pada table di bawah ini :
No | Faktor | Waterfall | Incremental |
1 | Proyek dengan ukuran resiko | Kecil | Besar |
2 | Ukuran software | Kecil | Besar |
3 | Jenis aplikasi | Biasa | Tidak biasa |
4 | Fleksibel terhadap perubahan (waktu) | Rendah | Perubahan selama proyek berlangsung |
5 | Keterlibatan konsumen | Rendah | Tinggi |
6 | Bahasa pemrograman | Prosedural | OOP |
Kelebihan incremental process model jika dibandingkan dengan waterfall adalah model ini mampu mengulang proses jika ada kesalahan tanpa harus menunggu satu siklus selesai terlebih dahulu. Resiko untuk kegagalan proyek secara keseluruhannya pun lebih rendah. Walaupun masalah dapat ditemukan pada beberapa inkremen, bisa saja beberapa inkremen diserahkan dengan sukses kepada pelanggan. Namun kekurangannya adalah kemungkinan terjadinya kesulitan untuk memetakan kebutuhan pengguna ke dalam rencana spesifikasi masing – masing hasil increment dan software yang dihasilkan berukuran lebih besar daripada jika menggunakan waterfall model.
Model ini cocok jika anggota team pengembang/pembangun perangkat lunak sangat terbatas dan proyek yang dikerjakan berukuran kecil yaitu tidak lebih dari 200.000 baris coding. Model ini juga berguna saat team pembangun/pengembang software tidak tersedia untuk penyelesaian deadline project yang telah ditetapkan. Model ini pun juga sangat cocok untuk mengakomodasi perubahan secara fleksibel sehingga nantinya klien bisa mempelajari perangkat lunak yang dihasilkan secara bertahap dan tidak terlalu kaget atau gaptek dalam menggunakan perangkat lunak yang bersangkutan.
Daftar Pustaka:
Pressman, Roger S. (2010), Software Engineering A Practitioners Approach 7th Edition.pdf
lecturer.ukdw.ac.id/othie/RPL-ModelProses.pdf
http://heckerlaye.files.wordpress.com/2009/11/modul-rekayasa-perangkat-lunak.pdf
Kristanto, Andri (2003), Perancangan sistem informasi dan Aplikasinya, Yogyakarta : Gava Media
Kristanto, Andri (2003), Rekayasa Perangkat Lunak (Konsep Dasar), Yogyakarta : Gava Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar